Berita

Perkembangan Ekonomi Digital Berdampak Pada Sebagian Kalangan Tenaga Kerja

Diterbitkan

-

Salah satu penerapan ekonomi digital yakni pembayaran tiket tol yang saat ini telah mengalami digitalisasi dengan menggunakan e-tol.(kik)
Salah satu penerapan ekonomi digital yakni pembayaran tiket tol yang saat ini telah mengalami digitalisasi dengan menggunakan e-tol.(kik)

Memontum Kota Malang – Perkembangan Ekonomi digital rupanya menjadi tantangan tersendiri bagi kalangan tenaga kerja. Bahkan, juga dapat berdampak pada berkurangnya porsi tenaga kerja untuk golongan tertentu. Beberapa kelompok tenaga kerja yang diprediksi rentan terkena efek digitalisasi adalah tenaga tata usaha, pekerja pengolahan dan kerajinan, operator dan perakit mesin hingga pekerja kasar.

Berdasarkan analisa yang dilakukan East Ventures, dalam tiga tahun terakhir, porsi pekerja pada golongan tersebut tercatat mengalami penurunan hampir di semua sektor. Sejalan dengan perkembangan digitalisasi yang ada, penurunan porsi paling tinggu berada pada sektor Informasi dan Komunikasi, yakni dengan penurunan sebesar 15,8%. Setelah itu diikuti oleh Jasa Keuangan dan Asuransi dengan penurunan yang mencapai 14,1%.

Sektor industri lain yang turut terdampak yaitu industri transportasi, khususnya angkutan umum darat yang juga menghadapi disrupsi dengan hadirnya jasa penyedia transportasi darat menggunakan sistem online.

“Kehadiran penyedia jasa aplikasi transportasi online ini memang menimbulkan persaingan yang lebih ketat. Mereka bertindak layaknya perusahaan taksi pada umumnya. Akibatnya, sejumlah perusahaan taksi terkena imbas persaingan usaha dengan mengurangi armada, bahkan juga ada yang gulung tikar,” ujar Partner East Ventures, Melisa Irene.

Advertisement

Masih berdasarkan analisa yang sama, Melisa mengatakan, salah satu perusahaan transportasi darat yang turut merasakan dampak tersebut adalah Blue Bird. Bahkan, dampak dari persaingan ketat dengan taksi online, membuat perusahaan taksi terbesar di Indonesia ini terus memangkas jumlah armadanya.

Dalam tempo empat tahun, jumlah armada taksi reguler yang dipangkas mencapai 4.619 unit. Dimana dari jumlah awal sebanyak 26.719 unit taksi reguler pada tahun 2015, menjadi 22.110 unit pada tahun 2018. Terang saja hal itu juga berdampak pada pendapatan operasional yang merosot drastis dari Rp 4,7 triliun pada tahun 2015 menjadi 3,4 triliun pada tahun 2018.

“Blue Bird melakukan transformasi yang dimulai dari 2017 hingga 2022 guna menghadapi persaingan ketat di era digital. Di antaranya adalah kolaborasi dengan Gojek dan Traveloka, serta membuat aplikasi My Bluebird,” imbuhnya.

Melisa menjelaskan, dalam laporan tahunan 2018, Direktur Utama (Dirut) Blue Bird, Purnomo Prawiro mengatakan bahwa di tengah disrupsi ini, pihak Blue Bird terus memperbaiki pelayanan dengan pengembangan teknologi IT, kolaborasi dan pengembangan layanan baru bagi customer. Sehingga Blue Bird busa bertahan dan menemukan titiik balik untuk kembali tumbuh pada 2018.

Advertisement

Berkaitan dengan hal tersebut, penurunan porsi kerja rentan digitalisasi terjadi pada daerah-daerah yang memiliki tingkat daya saing digital yang tinggi. DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Banten yang termasuk dalam 5 besar dengan daya saing digital tertinggi, mengalami penurusan porsi pekerja rentan yang tertinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi Indeks Daya Saing Digital, pekerja rentan digitalisasi cenderung mengalami penurunan.

“Dengan kondisi ini, persaingan di dunia kerja diperkirakan semakin kompetitif. Daerah yang mengalami perkembangan digital yang pesat akan banyak membutuhkan tenaga terampil yang mempunyai keterampilan khusus di bidang digital. Sebaliknya, tenaga kerja yang rentan terhadap digitalisasi diprediksi akan semakin menurun dan mungkin akan digantikan oleh teknologi yang semakin berkembang,” pungkasnya. (kik/yan)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas