KREATIF MASYARAKAT

Pelukis Tuna Daksa Asal Malang

Diterbitkan

-

Pelukis tuna daksa Sadikin Pard saat membuat karya lukis dengan menggunakan kakinya.
Pelukis tuna daksa Sadikin Pard saat membuat karya lukis dengan menggunakan kakinya.

Menjadi Anggota AMFPA Swiss, Karyanya Mampu Tembus Rp 435 juta

Memontum Kota Malang – Tidak ada yang tidak mungkin, selama kita masih mau berusaha. Kalimat penyemangat itulah, yang seolah menjadi motivasi pelukis Tuna Daksa, Sadikin Pard.

Dalam melukis, Sadikin menggunakan kaki dan mulut, terkadang juga menggunakan badannya. Dirinya mencontohkan, kalau melukis dalam kanvas yang besar dan dirinya tidak bisa menjangkau, maka akan memutar kanvasnya.

“Sebetulnya, semua pekerjaan itu kalau digeluti dengan sungguh-sungguh, bisa bermanfaat dan bisa menghasilkan karya yang luar biasa. Saya pernah melukis lukisan rohani, lukisan keluarga kudus berukuran 90 x 120 cm dan itu terjual Rp 435 juta. Lukisan itu laku di Balikpapan,” tuturnya kepada Memontum.com.

Selain itu, dirinya juga pernah mengerjakan lukisan mural senilai Rp 300 juta, di 6 titik sebuah rumah. “Padahal kalau mural, kan pasti di dinding. Itu lukisan saya, besar besar dan saya bisa,” tambah bapak dua anak itu.

Advertisement

Sadikin menceritakan, bahwa sejak kecil dirinya menyukai dunia melukis. Akan tetapi, cita-cita sebenarnya bukanlah sebagai pelukis. Melainkan ingin menjadi arsitek. Namun, takdir berkata lain. Saat penjurusan dibangku SMA, dirinya tidak bisa masuk IPA.

“Waktu kuliah saya juga asal masuk, yakni masuk Jurusan Psikologi. Karena masuk Hukum dan Ekonomi, saya tidak bisa,” imbuhnya.

Hingga akhirnya, dirinya melihat peluang dan mendaftarkan diri dalam Association of Mouth and Foot Painting Artists (AMFPA) yang bergelut dalam dunia lukisan khusus difabel. Tepatnya, pada Tahun 1989 dan tergabung sebagai salah satu anggota dari Indonesia.

“Pusatnya itu di Swiss, anggotanya dari seluruh dunia. Jumlah anggota 800 sampai 1000an,” jelas pria yang kini berusia 54 Tahun itu.

Advertisement

Pilihannya untuk melukis, membuatnya harus mengorbankan pendidikannya. Lantaran kesibukan dalam kegiatan AMFPA, membuatnya kewalahan membagi waktu untuk mengejar mata kuliahnya. Dan segala keterbatasan yang dirinya miliki untuk hidup mandiri. Hingga akhirnya, tepat di semester delapan, dirinya memutuskan untuk berhenti kuliah.

“Waktu itu saya berpikir, kuliah untuk cari pekerjaan. Tetapi setelah saya sudah bekerja, saya pikir-pikir waktu itu ngapain saya kuliah. Dengan berbagai pertimbangan, saya lepas kuliah dan fokus sebagai pelukis profesional,” imbuh Sadikin.

Di balik semua yang ada, dirinya tidak pernah menyesal dengan keputusannya itu. Sebab bagi Sadikin, melukis adalah suatu kenikmatan dan merupakan sebuah kegiatan refreshing.

Dia selalu menuangkan emosinya dalam kanvas dan cat menjadi sebuah karya lukis. Dan juga bukan suatu beban dan tanggungjawab, tetapi untuk menenangkan pikiran hingga membuatnya segar dan senang.

Advertisement

“Saya justru senang dan merasa tenang. Bisa menuangkan apa yang saya rasakan dan bisa menjadi sebuah karya yang bernilai,” lanjutnya.

Selain itu, Sadikin juga berusaha untuk menghilangkan stigma bahwa seorang seniman tidak punya aturan dan seenaknya sendiri. Makanya, dia membiasakan diri untuk melukis setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. “Selama pandemi ini, saya sudah membuat lukisan sebanyak 75 buah,” kata dia.

Pada bulan Desember 2019, ia telah mempunyai gallery lukis yang ia dirikan di lantai II dan III rumahnya. Yang berada di Jalan Selat Sunda Raya, Kelurahan Lesanpuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang bernama ‘Sadikin Pard Gallery’. Harapnnya, agar bisa memotivasi seniman lain untuk berkarya.

“Pembangun galeri ini untuk memberikan semangat kepada teman-teman seniman lain karena banyak pelukis yang menangis, menjerit dalam perjalanan kehidupan berkaryanya. Dengan harapan bisa memberikan kehidupan yang layak kepada keluarga dan bisa bermanfaat bagi lingkungan dan orang lain,” pungkasnya. (mg1/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas