Kota Malang

Mengupas Sejarah dan Perkembangan Kesenian Bantengan

Diterbitkan

-

Mengupas Sejarah dan Perkembangan Kesenian Bantengan
KESENIAN: Pertunjukan bantengan Malang. (memontum.com/rsy)

Memontum Kota Malang – Perkembangan kesenian bantengan di wilayah Jawa Timur, kini berkembang dengan pesat. Tidak terkecuali di Kota Malang, yang dalam perkembangannya memiliki sejarah yang panjang, dimana tradisi ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Singosari dan Majapahit.

Jejak tradisi Bantengan sendiri, juga ada pada relief-relief di sejumlah candi. Hal itu, menandakan jika seni pertunjukan Bantengan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Terutama, di wilayah-wilayah Jawa Timur yang pernah menjadi bagian dari Kerajaan Singosari dan Majapahit.

Salah satu tokoh bantengan Malang Raya, Agus Rianto, menjelaskan dalam seni bantengan itu memiliki empat unsur utama. Yakni, sendratari, silat, musik dan mantra. Selain itu, juga ada sejumlah karakter pendukung banteng di dalam seni tersebut.

“Selain kepala banteng, ada macan dan monyet. Itu sebetulnya, gambaran dari simbol kerakyatan. Banteng itu simbol rakyat, macan simbol angkara murka dan monyet simbol iri dengki (sifat yang kurang bagus). Kesenian banteng ini lebih ke action. Jadi di situ akhirnya monyet selalu adu domba macan dan banteng agar selalu berkelahi,” jelas Agus, Sabtu (25/02/2023) tadi.

Advertisement

Kemudian, musik dan irama dari seni banteng di masing-masing daerah, itu memiliki ciri khas sendiri. Begitu juga dengan Bantengan yang ada di luar Malang Raya, juga memiliki sedikit perbedaan.

Baca juga :

“Secara umum sama. Perbedaannya hanya ketukan kendang, musik dan iramanya. Tapi itu pun masih mirip-mirip, dari nada rendah ke tinggi,” katanya.

Selain itu, momen kalap atau kesurupan dari Kesenian Bantengan juga memiliki daya tarik tersendiri. Hal itu yang sangat ditunggu-tunggu oleh para penonton, meski membuat rasa tegang dan berdebaran.

“Kesenian bantengan cukup kuat, kita tidak bisa melepaskan unsur itu. Sebetulnya juga tidak harus kalap. Banyak banteng yang tidak selalu kalap, jadi hanya menari. Itu sudah menjadi budaya sejak zaman dulu, jadi berdekatan manusia dengan energi lain,” ujarnya.

Advertisement

Lebih lanjut dikatakan, jika saat ini peminat dari penggiat seni banteng juga bukan hanya para laki-laki saja, melainkan perempuan juga terlibat. Itu juga mulai diminati dari anak kecil hingga orang dewasa.

“Perempuan saat ini juga ada yang terlibat dalam kesenian bantengan. Itu sebenarnya tidak apa-apa, dan keinginan dari anaknya sendiri, tidak ada paksaan dari orang tuanya,” imbuhnya. (rsy/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas