SEKITAR KITA

Ingin saat Musim Kemarau Tetap Sejuk dan Tak Banjir saat Musim Penghujan, BPBD Kota Malang Ajak Warga Visioner

Diterbitkan

-

Memontum Kota Malang – Bencana alam berupa banjir yang diakibatkan dari hujan deras, nampaknya sudah mulai menghantui Kota Malang.

Berkaitan dengan penanggulangan itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang, Alie Mulyanto, mengajak warga masyarakat untuk memanage air hujan.

Karena, pihaknya memiliki obsesi besar, yakni di musim kemarau, Kota Malang tetap dingin dan saat musim hujan Kota Malang tidak kebanjiran.

“Bencana banjir, kita tidak menyalahkan air hujannya. Karena bagaimana pun, itu rahmat Allah. Cuma, bagaimana kita memanage hujan agar bisa mendapatkan letak rahmatnya,” ungkapnya usai Apel Gelar Pasukan Antisipasi Bencana Alam Serentak, Senin (25/10/2021).

Advertisement

Alie menjelaskan, bahwa air hujan tidak semata-mata turun dan masuk ke drainase lalu ke sungai dan berakhir di laut. Namun, sebenarnya air hujan bisa bermanfaat lebih dari itu untuk kondisi lingkungan sekitar.

“Misalnya membangun rumah 10 x 10 meter dengan asumsi ketinggian air 10 sentimeter, maka anda punya kewajiban untuk memasukkan air kedalam tanah sebesar 1 mililiter.

Konsep ilmiah itu yang harus kita sampaikan, jadi air hujan harus kita injeksikan ke dalam tanah. Sehingga air cekungan tanah di Kota Malang ini meningkat,” terangnya.

Dengan langkah seperti itu, Alie mengatakan bahwa pada musim kemarau, Kota Malang akan tetap dingin. Sedangkan saat musim hujan, Kota Malang tidak kebanjiran.

Advertisement

“Itu obsesi saya. Maka, mari kita visioner kedepan bagaimana Kota Malang ini pada saat kemarau tetap dingin dan sejuk karena ada kompresor, radiator air hujan di dalamnya. Lalu saat musim hujan tidak kebanjiran,” tegasnya.

Dirinya menjelaskan, bahwa air hujan bisa masuk ke dalam sumber-sumber injeksi, sumber-sumber resapan, bahkan kolam resapan. Terdapat empat hal yang menyebabkan banjir, antara lain tata guna lahan, kemudian kurang maksimalnya fungsi sungai.

“Ketiga adalah kurang berfungsinya drainase atau afur, keempat karena kebiasaan kita semua. Kebiasaan buruk seperti membuang sampah tidak pada tempatnya atau membuat bangunan yang seenaknya,” terangnya.

Meski begitu, Alie tidak ingin menyalahkan siapapun. Baginya, saat ini pandangan visioner kedepan untuk penanganan banjir lebih penting.

Advertisement

“Kalau sudah tahu penyebabnya, maka kita akan tahu solusi apa harus dilakukan. Ini kajian yg harus kita lakukan berkaitan dengan lingkungan,” terangnya. (mus/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas