Kota Malang
Heboh Soal Childfree, Begini Kata Pakar Sosiolog UMM
Memontum Kota Malang – Childfree atau bebas anak kini ramai menjadi bahan perbincangan publik. Hal itu, memang menjadi keputusan dari masing-masing pasangan suami istri. Namun, tetap dinilai tidak lazim, sebab anak masih dianggap menjadi investasi masa depan.
Salah satu pakar sosiolog Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Wahyudi Winarjo, mengatakan jika masing-masing pasangan tentu memiliki keputusan sendiri. Namun, dalam perspektif demografi anak itu dianggap sebagai investasi masa depan orang tua.
“Artinya orang tua itu menganggap sang anak akan menjadi gantung hidup nya di waktu masa depan. Tetapi dalam perkembangan saat ini, ternyata tidak selalu anak itu nanti bisa dinunuti (ditumpangi). Anak tidak selalu bisa memelihara, atau ngemong orang tuanya ketika anak sudah tua. Jadi ada pergeseran status anak, di mata orang tua dari dulu dan sekarang berubah,” kata Wahyudi, saat dihubungi, Selasa (14/02/2023) tadi.
Baca juga:
- Peringatan Hari Buruh Internasional, Massa Aksi di Kota Malang Tuntut Cabut UU Ciptaker
- Jelang Pilkada 2024, DPC PDI-Perjuangan Kota Malang Usung Lima Nama
- Peringatan Hari Buruh Internasional, Pj Wali Kota Malang Pesan Peningkatan Keterampilan dan Ilmu Pengetahuan
- Pemkot Malang Rencanakan Tingkatkan Standarisasi Pelayanan Puskesmas Bareng Kota Malang
- Kantor Kelurahan Jodipan Sepi Petugas saat Jam Kerja, Ini Keterangan Pj Wali Kota Malang
Selain itu, dalam perspektif lain, menurutnya bisa saja ada pandangan yang berbeda. Karena orang tua yang super sibuk, waktu dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Sehingga, menyebabkan teralienasi (terasingkan) oleh sistem ekonomi di dalam kehidupan.
“Jadi karena dikehidupan itu diukur dengan parameter ekonomi. Berhasil atau tidaknya dalam kehidupan itu dilihat mulai dari pendapatannya berapa, dan gajinya berapa. Karena itu mendorong orang menjadi pekerja yang tidak punya waktu untuk keluarga, termasuk jika nanti punya anak,” jelasnya.
Jika melihat kecenderungan di Indonesia sendiri, fenomena tersebut menurutnya lambat laun akan mempengaruhi pola pikir. Sebab, jika sebagian masyarakat yang disibukkan dengan bekerja, alhasil tidak bisa merawat dengan baik, atau pola asuhnya kurang, maka sebagian memutuskan untuk tidak mempunyai anak.
“Fenomena pemikiran childfree itu pasti akan masuk juga ke masyarakat Indonesia. Untuk filosofi banyak anak banyak rejeki itu juga sudah tidak ada lagi di Indonesia,” imbuhnya. (rsy/sit)
- Kota Malang5 hari
Pemkot Malang Gelar Pawai Budaya, Dishub Lakukan Pengalihan Arus Lalu Lintas
- Kota Malang4 minggu
Tarif Bus AKAP di Terminal Arjosari Malang Mulai Naik Jelang Idul Fitri 2024
- Hukum & Kriminal3 minggu
Polresta Malang Kota Ringkus Kurir Ganja Seberat 42 Kg di Exit Tol Warugunung Surabaya
- Kota Malang4 minggu
Gedung Kesenian Gajayana Malang Butuh Anggaran Rp 1 Miliar, Eksekutif Bakal Ajukan Via PAK
- Hukum & Kriminal4 minggu
Kapolda Jatim Resmikan Tiga Gedung Baru di Mapolresta Malang Kota
- Kota Malang3 minggu
Viral, Oknum Vandalisme Terekam CCTV Sulut Petasan di Fasum Bertulis Kayutangan Heritage
- Kota Malang2 minggu
Masa Jabatan Berakhir di Tahun 2024, DPRD Kota Malang Fokus Tuntaskan Pekerjaan Rumah
- Kota Malang2 minggu
WTI Mbois Ilakes Pemkot Malang Mampu Tekan Angka Inflasi hingga 10 Persen