Kota Malang

Dosen UMM Bersama 14 Akademisi Beri Pembekalan Mahasiswa Soal Kesadaran pada Produk Tembakau

Diterbitkan

-

Memontum Kota Malang – Pengendalian tembakau atau pengendalian produk tembakau telah menjadi concern berbagai pihak. Tidak hanya karena dampaknya pada kesehatan dan lingkungan, namun juga dampak sosial ekonomi. Hal tersebut mendorong Institut Komunikasi dan Bisnis (IKB) London School of Public Relations (LSPR) mengundang 15 akademisi Ilmu Komunikasi dari 15 kampus di seluruh Indonesia berkolaborasi untuk bergerak bersama dalam program Pengabdian Masyarakat Akademisi Ilmu Komunikasi Lintas Kampus.

Para dosen dari 15 kampus yang dipilih itu kemudian dibentuk dalam tiga kelompok dengan penyebaran merata ke seluruh wilayah Indonesia untuk melakukan penyadaran dikalangan mahasiswa.

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang sekaligus ketua kelompok 2, Dr. Frida Kusumastuti MSi, turut menjadi pembicara dalam program yang berlangsung secara virtual, Kamis (11/03) ini.

“Kami kelompok 2 yang hari ini memulai kegiatan pembekalan kepada mahasiswa berasal dari Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Islam Muhammad Arsyad AlBanjari Banjarmasin, Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, dan Universitas Islam Indonesia Yogjakarta,” ungkap Frida memperkenalkan anggotanya.

Advertisement

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pembekalan ini bertujuan untuk meningkatkan perilaku kritis mahasiswa yang menurutnya menjadi sasaran empuk pemasaran produk tembakau.

Baca Juga : Insentif Guru SPS PAUD Malang Naik Menjadi Rp 600 Ribu

“Tujuan dari pembekalan ini adalah meningkatkan kesadaran kritis para mahasiswa. Bahwa mereka dan generasi muda merupakan sasaran utama produk tembakau yang akan menjadi perokok potensial berkelanjutan,” jelasnya.

Dosen Ilmu Komunikasi itu berharap, para mahasiswa setelah mendapat pembekalan dari program ini mampu mengkampanyekan dampak buruk dari produk tembakau.

Advertisement

“Saya harap setelah mendapat pembekalan hari ini, para peserta memiliki ide membuat konten-konten digital diberbagai platform. Dimana itu berisikan fakta tentang produk tembakau dan dampaknya bagi kesehatan, sosial, dan ekonomi di Indonesia,” tandasnya.

Tak hanya itu, dirinya juga menginginkan keberlanjutan dari program ini atas dukungan Southeast Asia Tobacco Controll Aliance (SEATCA) yang telah dirintis oleh IKB LSPR.

“Sehingga peran akademisi komunikasi bisa ditingkatkan. Tidak hanya soal pengendalian melalui iklan dan penyiaran,” tegasnya.

Seperti diketahui, berdasarkan dokumen Riskesdas, prevalensi perokok Indonesia usia 15 tahun ke atas adalah 33,8 persen atau sebesar 65,7 juta jiwa. Sehingga menempatkan Indonesia sebagai pasar rokok tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India. (mus/ed2)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas