Pendidikan

Cak Nun Kuatkan Karakter Mahasiswa Polinema, Berpikir Kritis dan Peka Terhadap Kondisi Bangsa

Diterbitkan

-

Cak Nun memberikan tausiah kepada mahasiswa Polinema, didampingi jajaran pudir, kajur dan kaprodi Polinema. (Adn)
Cak Nun memberikan tausiah kepada mahasiswa Polinema, didampingi jajaran pudir, kajur dan kaprodi Polinema. (Adn)

Memontum Kota Malang – Dalam rangka pendidikan karakter dan rangkaian Dies Natalis ke-38 serta Pekan Ilmiah 2020, sekaligus agenda rutin tahunan, Cak Nun dan Kyai Kanjeng hadir menyapa jamaah Maiyah (sebutan bagi hadirin di pengajian Cak Nun, red) di Politeknik Negeri Malang (Polinema). Kali ini tepatnya di lapangan mini soccer Polinema, Jumat (6/3/2020) malam. Kehadiran pemilik nama lengkap Muhammad Ainun Nadjib ini, menjadi kado rangkaian Dies Natalis ke-38 dan Pekan Ilmiah Polinema 2020.

Pria kelahiran Jombang, 27 Mei 1953 ini mengatakan, kondisi bangsa Indonesia saat ini sudah tercatat dalam lauh mahfudz, dimana keadilan sulit ditegakkan, kedhaliman terjadi dimana-mana, hukum mudah dibeli oleh si kaya, dan lainnya, sebagai tanda-tanda akhir jaman.

“Kalau ada yang mendholimi, kita harus berani melawan. Pilih mana, kita yang mendholimi atau didholimi? Kalau saya, lebih baik kita didholimi daripada kita yang berbuat dholim. Kalau kita didholimi, dengan bersabar mendapatkan pahala, jika berdoa InsyaAllah mudah dikabulkan. Kalau kita dholim, ga usah dikasih tahu pun kita pasti berdosa,” seru suami Novia Kolopaking ini.

Menurut Cak Nun, baik-buruk, salah-benar, jodoh-rejeki-mati, dan lainnya itu semua sudah diatur oleh Allah SWT. “Apa bisa kita minta dilahirkan dari rahim siapa semau kita? Allah yang nentukan. Yang ngajari nangis sejak bayi, milih jenis kelamin, siapa? Itu hak prerogatif Allah. Payahnya, manusia itu kadang sudah kayak Tuhan. Kamu salah, saya benar. Kamu dosa masuk neraka. Lha wong Gusti Allah itu maha pemaaf, menerima tobat hamba-Nya,” tegas mantan wartawan tahun 1973-1976 ini.

Advertisement

Inisiator masyarakat Maiyah ini mengapresiasi kampus Polinema yang istiqomah mengundang dirinya dan Kyai Kanjeng. Dimana keinginan kampus dalam mengingatkan dan menambah keimanan civitas akademika Polinema. “Istilahnya sekarang Pendidikan Karakter. Prakteknya ngaji bareng. Kalau di temanya, Kenduri Kebudayaan, Menuju Generasi Berdaulat dan Bermartabat,” papar Cak Nun.

Senada, Wakil Direktur II, Dr Eng Anggit Murdani, ST, MEng, mengatakan kegiatan ini merupakan bagian pendidikan karakter bagi mahasiswa. Kehadiran Cak Nun diharapkan dapat memotivasi mahasiswa, berpikir kritis dan peka terhadap lingkungan dan kondisi terkini. “Acara program pendidikan karakter ini kami wajibkan bagi mahasiswa baru yang tahun 2019 ini sekitar 3.200 maba,” ungkap Anggit.

Disinggung kegiatan kemahasiswaan secara menyeluruh, Anggit menjelaskan, Polinema telah menyiapkan anggaran Kemahasiswaan sekitar Rp 8 milyar untuk seluruh kegiatan kemahasiswaan. “Upaya tersebut menjadi bagian Polinema mempertahankan prestasi rangking pertama bidang kemahasiswaan di tingkat Politeknik se-Indonesia, sekaligus mengembangkan secara efektif prestasi mahasiswa di tingkat internasional, seiring dibukanya kelas dobel degree,” beber Anggit.

Sementara di tingkat nasional, Polinema berupaya mendongkrak prestasi PIMNAS, melalui proses peningkatan sarana dan prasarana. “Sebenarnya, kami masih menunggu kebijakan pusat seiring reformasi dari Kemenristekdikti ke Kemendikbud. Karena biasanya Maret itu sudah ada pemberitahuan, jadi kami belum melangkah terlalu jauh, khawatir ada perubahan kebijakan,” tandas Anggit.

Advertisement

Sementara itu, Presiden BEM Polinema, Erlangga Mohammad Rizal, mengatakan Kenduri Kebudayaan ini merupakan rangkaian mentoring dalam pendidikan karakter. “Tak hanya muslim, namun semua agama bisa hadir. Yang diharapkan menjadikan mahasiswa kreatif, inovatif, dan berkembang di era 4.0,” ucap Erlangga. (adn/yan)

 

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas