SEKITAR KITA

Warga Bunulrejo Lestarikan Tarian Tradisional Bapang

Diterbitkan

-

Warga Bunulrejo berlatih seni tari dipimpin oleh Endah Catur Lestari Ningtyas di kantor kelurahan.
Warga Bunulrejo berlatih seni tari dipimpin oleh Endah Catur Lestari Ningtyas di kantor kelurahan.

Memontum Kota Malang – Masyarakat Kota Malang tak pernah berhenti menunjukkan kreativitas dan semangat untuk menjaga kelestarian budaya daerahnya. Seperti yang dilakukan oleh warga Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan Blimbing, setiap Minggu mengadakan pelatihan tari di Kantor Kelurahan.

Pelatihan tari tersebut, tidak hanya untuk ibu-ibu. Tetapi, juga diikuti oleh anak-anak daerah Bunulrejo. Di lokasi itu, mereka berlatih berbagai macam tarian yang dipimpin oleh Endah Catur Lestari Ningtyas, yang juga pelatih di sanggar Merah Putih.

Ditemui usai memberi pelatihan, Endah mengatakan, bahwa kegiatan rutin tersebut sudah dilakukan selama dua bulan. Terhitung, sejak bulan September lalu. Di mana, tiap pertemuan dibagi menjadi dua sesi. Pertama, anak-anak pada pukul 09.00-10.00 dan ibu-ibu pukul 10.00-11.00.

Ditambahkan, sebelum adanya latihan bersama, warga Bunulrejo memang berlatih tarian. Namun, hanya secara individu. Bahkan, dari latihan itu juga sering mengisi acara disetiap pembukaan kegiatan.

Advertisement

“Ibu lurah berinisiatif untuk mengadakan pelatihan bagi seluruh warga Bunulrejo. Dalam setiap latihan, juga tidak membatasi usia. Baik muda ataupun tua, bisa mengikuti pelatihan tersebut,” terangnya kepada Memontum.com, Minggu (18/10) tadi.

Perempuan yang juga bekerja sebagai guru TK itu mengatakan, tujuan dari pelatihan tersebut, adalah untuk melestarikan budaya di Indonesia, terutama di Kota Malang. Selain itu, juga sebagai media pengenalan budaya kepada anak-anak Bunulrejo.

“Jadi, biar tidak hanya tiktok dan musik hiphop saja yang terkenal. Tapi, tarian tradisional juga bisa terkenal luas,” ujarnya.

Endah menambahkan, bahwa tarian yang pertama kali dikenalkan adalah tari Bapang (tari topeng khas malangan). Dan, selama proses latihan, peserta diwajibkan membawa properti seperti, selendang, topi sawah dan topeng.

Advertisement

“Ibaratnya, kalau mau latihan menulis alatnya ya bolpoin sama kertas. Dan selama menari, pakaian yang digunakan harus nyaman dan mudah untuk bergerak,” imbuhnya.

Selama dua bulan berjalan, kata Endah, peserta anak-anak pernah menampilkan tarian. Salah satunya, di acara museum Mpu Purwa dan sewaktu acara Hari Batik di Bunulrejo.

“Kalau sebelum itu, juga ada sekitar satu tahun lalu. Dan rencananya, akan tampil lagi November mendatang di Hari Pahlawan secara virtual,” terangnya.

Endah bersyukur, sejauh ini antusias warga sangat tinggi. Sebab, jumlahnya tidak berkurang, melainkan selalu bertambah.

Advertisement

“Alhamdulillah, tidak ada kendala. Semakin ke sini malah semakin banyak yang ikut. Awal-awal dulu hanya lima atau tujuh, sekarang ada 20 an untuk ibu-ibu dan 15 untuk anak-anak. Tapi kita juga membatasi, karena mengingat masih pandemi juga,” begitu kata Endah.

Ia berharap, kelak budaya di daerah Bunulrejo, semakin dikenal dan membuat nama Kelurahan Bunulrejo dikenal oleh masyarakat luas. “Ya, semoga kita bisa memberikan yang terbaik untuk Bunulrejo. Dan Bunulrejo juga semakin dikenal,” pungkasnya.  (mg1/sit)

 

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas