Kota Malang

Pusat Studi Ilmu Politik UMM Sebut Tiga Partai Mendominasi Survei Opini Publik di Jawa Timur

Diterbitkan

-

RILIS: Ketua Tim Survei, Rully Inayah Ramadhoan, saat merilis hasil survei opini publik masyarakat Jawa Timur pada Pemilu 2024. (memontum.com/rsy)

Memontum Kota Malang – Pusat Studi Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merilis hasil survei opini publik suara pemilih masyarakat Jawa Timur pada Pemilu 2024, di Ruang Senat UMM Kota Malang, Rabu (18/10/2023) tadi.

Dimana survei tersebut, telah dilakukan pada kabupaten dan kota yang tersebar di seluruh Jawa Timur. Hasilnya, menunjukkan bahwa elektabilitas partai politik di Jawa Timur pada posisi tiga tertinggi, masih diduduki oleh PDI-Perjuangan, PKB dan Gerindra, dengan memiliki nilai diatas 15 persen dan jauh berada di atas dari partai-partai lainnya yang hanya memiliki elektabilitas di bawah 5 persen.

“Catatan yang menarik pada bagian ini adalah peningkatan suara yang cukup signifikan dari PDI-Perjuangan yang meningkat hampir 5 persen dari survei edisi sebelumnya. Jadi kami melakukan survei di Juli dan September, di mana pada Juli survei menunjukkan di angka 29,4 persen dan di September di angka 34,5 persen,” jelas Ketua Tim Survei, Rully Inayah Ramadhoan.

Ditambahkannya, jika alasan yang paling dominan dari pemilihan tiga partai tersebut, yakni islami atau dekat dengan ulama. Kemudian dekat dengan rakyat dan aspiratif, serta telah menjadi pilihan dari dulu.

Advertisement

“Dari hasil survei, publik Jawa Timur menegaskan bahwa akan tetap memilih calon presiden pilihan mereka walaupun partai yang mereka pilih tidak mendukung calon presiden tersebut. Hal ini, menegaskan bahwa tidak ada hubungan diantara elektabilitas calon presiden pilihan masyarakat dengan pilihan partai politik,” imbuhnya.

Tentu dari ke tiga partai tersebut, juga mencuat tiga nama Calon Presiden di publik Jawa Timur. Di mana posisi tertinggi masih diduduki oleh Ganjar Pranowo, diikuti oleh Prabowo Subianto dan Anies Rasyid Baswedan. Dalam hasil survei yang telah dilakukan pada dua bulan, urutan tersebut tidak berubah.

Baca juga :

“Urutan ini tidak berubah jika dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya pada Juli 2023. Namun, yang menjadi catatan penting adanya peningkatan yang cukup signifikan pada suara Anies Rasyid Baswedan yang meningkat 9 persen dibanding survei sebelumnya. Hal ini, kemungkinan besar dipengaruhi oleh pengumuman Wakil Presiden pendamping yang telah diumumkan lebih awal oleh kubu Anies Baswedan yang berpasangan dengan Muhaimin,” ujarnya.

Selain itu, dalam data perbandingan dari dua edisi survei ini juga menunjukan adanya stabilitas dukungan atau suara kepada Ganjar Pranowo, dan tergerusnya suara Prabowo Subianto. Terlebih, pada konteks Wakil Presiden, publik Jawa Timur memiliki preferensi tinggi pada Mohammad Mahfud MD dan Khofifah Indar Parawansa.

Advertisement

“Pada simulasi tiga pasangan capres dan cawapres, Ganjar Pranowo dipasangkan oleh Mohammad Mahfud MD pada simulasi ini menghasilkan angka 42,7 persen. Sedangkan Prabowo Subianto dengan Khofifah Indar Parawasan 36,3 persen. Kemudian Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar 19,7 persen,” tambahnya.

Lebih lanjut, untuk hasil survei pada pemilih Pemilu 2024 mendatang, menurutnya juga akan lebih besar pada pemilih non-rasional dari pada pemilih rasional. Hal tersebut ditunjukan dari dominannya responden dalam kategori wilayah pedesaan, tingkat Pendidikan SLTA ke atas, profesi, dan tingkat pendapatan dan santri non santri.

“Hal ini selain mengukuhkan posisi strategis Jawa Timur dalam langskap politik nasional sekaligus menjadi bahan pertimbangan politis dan strategi pemenangan daripada masing-masing calon untuk menyasar wilayah-wilayah potensial seperti wilayah Jawa Timur,” imbuhnya.

Sementara itu, Rektor UMM, Prof Dr Fauzan, menyampaikan jika dinamika Pemilu saat ini sangat menarik. Melalui hasil survei tersebut, menurutnya dapat menjadi landasan strategis bagi calon peserta Pemilu, termasuk calon legislatif dan Capres-Cawapres, sesuai dengan isu-isu yang berkembang di politik saat ini.

Advertisement

“Tentu ada dinamika yang bisa mengarah ke hal positif ataupun negatif, tentu semuanya sangat tergantung kepada isu yang berkembang sebagai ciri khas dari dinamika politik itu sendiri,” tutur Fauzan. (rsy/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas