Kota Malang

Masuki Musim Kemarau, Dinkes Kota Malang Ingatkan Antisipasi DBD

Diterbitkan

-

Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, dr Husnul Muatif. (memontum.com/rsy)

Memontum Kota Malang – Memasuki puncak bulan musim kemarau, tentu ada beberapa penyakit yang harus diwaspadai dan di perhatikan oleh masyarakat. Salah satunya, yaitu penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang, dr Husnul Muarif, menyampaikan jika penyakit DBD itu terjadi saat perubahan iklim, cuaca atau musim. Termasuk, salah satunya dampak dari fenomena El Nino yang saat ini terjadi.

“Sehingga, apabila telah terjadi perubahan iklim, cuaca atau musim, kita harus bisa mengurangi atau menghilangkan sumber penyebab DBD atau perindukan nyamuk dan nyamuk dewasanya itu,” kata Husnul, Rabu (30/08/2023) tadi.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Malang, Meifta Eti Winindar, menambahkan bahwa per 30 Agustus ini, ada 384 kasus DBD dan yang meninggal ada tiga orang. Sementara, di tahun 2021 ada 254 kasus dan yang meninggal ada tiga orang, lalu di tahun 2022 ada 560 kasus dan yang meninggal 14 orang.

Advertisement

“Memang ada kecenderungan naik, dari tahun 2021 dibandingkan dengan tahun 2022. Kemudian dari kenaikan itu mendorong kami untuk menerbitkan Surat Edaran (SE) Wali Kota terkait dengan Pengendalian dan Pencegahan DBD. Memang kasus DBD itu tidak seterkenal dengan kasus penyakit menular yang lain. Tapi pada saat kita masih fokus menghadapi pandemi covid-19 ternyata kasus DBD itu juga tidak serta merta ikut terkendalikan,” jelas Meifta.

Baca juga:

Kemudian, ditambahkannya jika berkaitan dengan fenomena El Nino, dengan udara yang cenderung panas menjadi kewaspadaan. Sebab, pihaknya menilai jika mobilitas nyamuk menjadi meningkat. Ditambah, dengan debu yang juga tambah banyak.

“Kemudian berisiko juga untuk golongan rentan seperti bayi, balita, lansia, itu juga rawan untuk terkena penyakit pernafasan. Selain itu, nyamuk jadi lebih ganas. Hal itu juga telah disampaikan oleh Dinkes Provinsi. Terlebih siklus El-Nino saat ini terjadi 2-3 tahun sekali. Padahal dulu 8 tahun,” tambahnya.

Advertisement

Lebih lanjut, pihaknya juga menyampaikan jika penyakit DBD itu merupakan penyakit lama dan cara pengendaliannya pun dengan pemberantasan sarang nyamuk. Apalagi itu juga berkaitan erat dengan pemberdayaan, serta kesadaran masyarakat.

“Jadi kalau kasus DBD saat ini meningkat, itu saya rasa memang kesadaran masyarakat perlu dibangkitkan lagi. Karena justru ketika kita lengah dengan pemberntasan sarang nyamuk, itu akan menaikkan kasus DBD,” tuturnya.

Beberapa upaya yang dilakukan yaitu dengan melakukan gerakan satu rumah satu jumantik, yang diharapkan masing-masing rumah secara sadar berupaya mencegah dan mengendalikan DBD. Kemudian, di dalam libgkungan sekolag juga tidak menutup kemungkinan ditemukan tempat yang menjadi sarang jentik-jentik nyamuk itu tadi.

“Kalau kita tidak melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras, menutup, mengubur (3M) maka di situ dapat menjadi tempat perindukan nyamuk. Sehingga juga disebutkan dalam SE tadi, agar semua sekolah diharapkan dapat mengaktifkan kembali kegiatan UKS. Jadi harapannya mereka di sekolah itu bisa menjadi kader jumantik cilik, kemudian ketika di rumah mereka menjadi agen perubahan,” lanjutnya.

Advertisement

Beberapa gejala yang perlu diwaspadai yaitu badan panas, badan terasa lemas, nyeri punggung, sendi dan tulang, hingga mirip terkena gejala flu. Sehingga, dalam hal ini pihaknya mengimbau masyarakat untuk segera melakukan pengecekan pada laboratorium rumah sakit. (rsy/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas