Kota Malang

Pedagang Petasan di Kota Malang Alami Penurunan Omzet

Diterbitkan

-

Pedagang Petasan di Kota Malang Alami Penurunan Omzet

Memontum Kota Malang – Bunyi petasan di momen pergantian tahun, sepertinya mulai dirasakan Nurohma (40). Maklum, perayaan tahun baru yang tidak afdol rasanya jika tidak menyalakan petasan kembang api, ternyata jauh dari harapan.

Nurohma yang bekerja sebagai salah satu penjual petasan di Pasar Besar Kota Malang, mengaku jika penjualannya kini mengalami penurunan omzet secara drastis. Itu karena, sepinya minat pembeli yang biasa mengisi momen pergantian tahun dengan petasan.

“Di perayaan tahun baru ini, sangat sepi. Beda seperti tahun sebelumnya. Ini saja, petasan yang saya jualkan masih banyak. Padahal, malam tahun barunya tinggal besok,” ujarnya saat ditemui di lapak penjualannya, Jumat (30/12/2022) tadi.

Di tahun sebelumnya, Nurohma mengaku, bisa sampai membeli petasan di tengkulak hingga jutaan rupiah. Berbeda halnya dengan saat ini, dirinya hanya bisa membeli hingga ratusan ribu. Itu pun, saat dijual kembali juga belum habis.

Advertisement

“Kalau dahulu, jelang tahun baru bisa beli sampai Rp 10 juta. Tetapi kalau sekarang, hanya bisa beli sekitar Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu,” katanya.

Baca juga :

Untuk jenis petasan yang dijualkan, dirinya mengatakan sangat beragam. Mulai dari kembang api kawat biasa, kembang api air mancur, petasan gasing, hingga petasan yang berukuran besar. Untuk harga yang dijualkan mulai dari Rp 5 ribu sampai dengan Rp 250 ribu perpacknya.

“Macam-macam untuk jenisnya. Harganya pun, juga bermacam-macam. Kalau yang biasa dibeli anak-anak, itu petasan banting dan sama air mancur. Harganya dari dulu tetap, kenaikannya nggak terlalu banyak,” ujarnya.

Lebih lanjut dirinya menyampaikan, jika petasan yang dijualkan tersebut, beberapa diantaranya juga sisa dari penjualan saat Idul Fitri lalu. Sebab, menurutnya keuntungan dari barang dagangannya masih lumayan besar.

Advertisement

“Ini banyak barang sisa saat Idul Fitri lalu, yang nggak laku dan masih bisa di jual. Lumayan besar harganya, karena masih di atas Rp 100 ribu. Jadi, ya saya jual lagi,” lanjutnya.

Untuk omset yang didapatkan saat sepi pembeli seperti ini, dirinya hanya mendapatkan ratusan ribu saja perharinya. Namun, hal itu tetap dirinya syukuri dan jalani. “Tetap di syukuri saja. Namanya juga jualan, dari pada nggak dapat sama sekali ditungguin saja pembelinya. Semoga hari H nanti, bisa ramai,” imbuhnya. (rsy/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas