Kota Malang

Penderita HIV-AIDS di Kota Malang Didominasi Usia Produktif, Wali Kota Tekankan Investarisir, Edukasi dan Literasi

Diterbitkan

-

Penderita HIV-AIDS di Kota Malang Didominasi Usia Produktif, Wali Kota Tekankan Investarisir, Edukasi dan Literasi

Memontum Kota Malang – Untuk menumbuhkan kesadaran terhadap antisipasi AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV, per 1 Desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia. Di Kota Malang sendiri, tercatat pengidap AIDS didominasi oleh usia produktif, 15 sampai 59 tahun. Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Malang, Sutiaji, mengatakan bahwa pihaknya terus berupaya dalam menginventarisir penyebaran yang menurutnya tergolong masif.

“Peran Pemerintah Kota (Pemkot) tentunya menginventarisir, karena justru HIV penyebarannya yang masif. Jadi suaminya yang terkena, tidak terasa yang menjadi pasif anak dan ibunya,” terang Wali Kota Sutiaji, Rabu (01/12/2021).

Oleh sebab itu, dirinya meminta kerjasama juga dari pihak masyarakat untuk memiliki kesadaran melaporkan penyakit AIDS agar segera tertangani.

Selain itu, perlunya edukasi dan literasi bagi masyarakat tentang bahaya AIDS.

Advertisement

“Untuk mitigasi, peran kita menyadarkan, memberikan edukasi serta literasi kepada masyarakat. Tapi kalau mengatasi, menjadi tusi Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB). Diman kita sudah ada kerjasama dengan klinik rehabilitasi, untuk penguatan saudara-saudara kita yang terinveksi virus HIV, sehingga punya motivasi hidup,” terang Sutiaji.

Baca juga :

Sementara itu, Kepala Dinkes Kota Malang, dr Husnul Muarif, menjelaskan bahwa hampir 560 penderita HIV-AIDS yang berobat di Kota Malang. “Artinya on treatment di Kota Malang, angkanya segitu. Nah yang ber-KTP Kota Malang hanya sekitar 10 persennya, dengan rata-rata usia produktif 15 sampai 59 tahun,” terang dr Husnul.

Dirinya menerangkan bahwa banyak faktor yang menyebabkan terjangkitnya seseorang ke dalam virus HIV. Namun berdasarkan data yang diperolehnya, selama pandemi Covid-19 tak ada peningkatan kasus HIV yang signifikan. Stagnannya, dijelaskan dr Husnul, dipicu lantaran perubahan perilaku masyarakat yang peduli terhadap protokol kesehatan (Prokes).

“Kan sudah banyak juga di media informasi tentang Covid-19, jadi masyarakat mulai ada perubahan perilaku pola hidup sehat. Selain memang, ada beberapa faktor lain yang memicu dari pada penularan virus HIV. Seperti seks bebas, maupun penggunaan narkoba dari suntikan,” bebernya.

Advertisement

Saat ini, pun pihak Dinkes juga terus berusaha untuk mewujudkan three-zero. “Artinya 3 yang kosong, kosong untuk penderita HIV baru, kemudian juga kosong untuk stigma serta diskriminasi, dan yang ketiga adalah zero untuk meninggal karena HIV. Sehingga untuk mengupayakan itu, kami ada kegiatan evaluasi di dalam pencegahan dan penanganan HIV-AIDS. Yaitu dengan melibatkan 1 Faskes, 16 Puskesmas, dan 10 Rumah Sakit di Kota Malang. Kemudian kita juga melibatkan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang mengampu beberapa kelompok yang rentan terhadap virus HIV,” terangnya.

Dalam hal treatment, Dinkes Kota Malang disupport oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) untuk pasokan obat-obatan. “Obat kita disupport penuh oleh Kemenkes, sehingga jumlahnya memang berdasarkan banyaknya penderita HIV yang diobati on treatment di Kota Malang. Nah itu biasanya diberi space 3 bulan kedepan,” terangnya. (hms/mus/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas