Kota Malang

Kriya dan Fashion Kota Malang Tembus Pasar Internasional

Diterbitkan

-

Memontum Kota Malang – Hasil produksi para pelaku industri kriya dan fashion di Kota Malang mampu bersaing dengan produk daerah lain. Dikatakan Wali Kota Malang, Sutiaji, buah karya industri fashion dengan berbagai produk andalan memiliki kualitas dan dapat bersaing hingga kancah internasional. Terlebih di era digitalisasi ini, mengangkat dan menyandingkan produk anak bangsa di kancah global bukanlah hal sulit.

“Kaum milenial akan sangat berpengaruh besar pada kehidupan bangsa Indonesia. Sehingga diharapkan pada era globalisasi dan digitalisasi semua industri di Kota Malang akan berbasis teknologi. Malang termasuk menjadi kota kreatif, nanti tentu akan ada sisi lain yang bisa mengantarkan, seperti e-comerce-nya,” kata Sutiaji, Sabtu (31/07).

Baca Juga:

    Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa perkembangan anomali ekonomi Kota Malang tidak lepas dari peran ekonomi kreatif. Sehingga sektor ekonomi kreatif memang harus terus dikuatkan guna menyokong ekonomi Indonesia.

    “Ekonomi kreatif (ekraf) yang sekarang menjadi primadona pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” sambungnya.

    Advertisement

    Kota Malang sendiri mempunyai potensi ekraf luar biasa, termasuk dalam subsektor kriya dan fashion. Berbagai Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota Malang tumbuh subur, bahkan beberapa di antaranya telah merambah pasar luar negeri.

    Salah satunya usaha berbasis komunitas,  House of Diamonds (HoD), yang mana melibatkan dan memberdayakan sejumlah perempuan sebagai seniman tekstil untuk memproduksi berbagai produk jahitan tangan. Mengusung konsep sociopreneurship, HoD yang diciptakan oleh dua bersaudara Nur Cholidah dan Noor Fadillah ini berupaya membawa dampak sosial dan berkelanjutan atas permasalahan di lingkungan sekitarnya.

    “Salah satu tujuan dari HoD supaya perempuan, seperti ibu-ibu yang tidak mempunyai kesempatan untuk bekerja di pabrik besar atau ada kendala dalam mendapatkan penghasilan bisa bekerja dari rumah masing-masing,” kata founder HoD, Nur Cholidah.

    Diceritakan wanita yang akrab disapa Ida itu, Awalnya mereka memulai hanya dengan dua orang.

    Advertisement

    “Kemudian setelah belajar dan melakukan riset pada 2015, akhirnya kami memulai kembali HoD setelah berhenti kurang lebih dua tahun. Lalu kami berkembang hingga 16 orang pengrajin yang aktif bekerja dan mendapat pelatihan,” ujarnya.

    Total karyawannya sampai saat ini sejumlah 30 orang, yang mana sebagian bekerja sebagai freelance. Untuk produk yang diproduksi, lanjut Ida, adalah produk-produk tekstil, seperti selimut, bed cover, home ware.

    “Semua produknya handmade dan slow fashion, karena belum memakai teknologi tingkat tinggi, kami masih mengerjakan secara manual,” imbuhnya.

    Awalnya dia tak menyangka bahwa akan ada orang yang membeli produk yang dijual oleh HoD. Namun kini produknya telah dijual di dalam negeri, bahkan luar negeri seperti Inggris, Amerika Serikat, Canada, Australia, Singapura, Taiwan, dan Finlandia. Untuk pelanggan dalam negeri, Ida mengaku pembelinya lebih banyak dari luar Malang, seperti Jakarta.

    Advertisement

    “Pelanggan juga bisa pesan melalui online. Kami juga jadi produsen toko-toko retail yang mendukung bisnis kecil berbasis komunitas. Itu banyak sekali di luar negeri, sehingga kami reach out (menjangkau) ke toko-toko atau organisasi yang membawahi retailer yang mau memanfaatkan produk lokal Indonesia, seperti di Canada ada satu, Amerika ada tiga, Australia ada satu, di Singapura ada tiga,” tambahnya.

    Namun saat ini, ia berujar bahwa kondisi pandemi sangat berdampak kepada usahanya. Meski begitu Ida terus memutar otak untuk menyesuaikan kondisi pasar. “Di awal pandemi, Februari lalu kami memproduksi masker kain bahan batik dan non-batik untuk dipasok ke beberapa toko di luar Indonesia, Jakarta, dan Malang. Kemudian salah satu kendala yang dihadapi akibat pandemi, terhentinya pemasok bahan baku. Saat kondisi mulai membaik, kami mulai jalan lagi pelan-pelan memproduksi produk. Namun tetap melihat kondisi pasar, jadi harus cermat bikin produk apa yang bisa di jual,” ujar Ida. (mus/ed2)

    Advertisement
    Click to comment

    Tinggalkan Balasan

    Terpopuler

    Lewat ke baris perkakas