Kota Malang

Inovasi Simba Asia SMPN 2 Kota Malang Raih Penghargaan 5 Terbaik Nasional

Diterbitkan

-

MOTIVASI: Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, saat berkunjung ke SMPN 2 Kota Malang. (ist)

Memontum Kota Malang – Inovasi Sinau Mandiri Bersama Anak Satwimaba Istimewa (Simba Asia) dari SMP Negeri 2 Kota Malang, berhasil meraih penghargaan 5 terbaik Nasional, untuk kategori Inovasi Kelompok Replikasi. Raihan itu, mendapat apresiasi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Reformasi dan Birokrasi (KemenPAN RB) melalui Pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi (PKRI) Pelayanan Publik Tahun 2024.

Atas raihan dari inovasi tersebut, Pj Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, juga menyampaikan apresiasi dimana bahwa di dalam dunia pendidikan sekolah harus bisa memfasilitasi para siswa, termasuk siswa-siswi istimewa. Sehingga, dapat mengenyam pendidikan yang layak dan setara.

“Harapan saya, inovasi ini juga bisa dikembangkan. Tidak hanya itu, saya berharap juga bagi para siswa istimewa ini mendapatkan pelayanan dan mempunyai tingkat pendidikan dengan kualitas yang sama dengan siswa reguler. Ini juga dalam mendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045 mendatang,” kata Pj Wali Kota Wahyu, Selasa (30/07/2024) tadi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Suwarjana, menyampaikan bahwa saat ini memang banyak siswa istimewa yang menuntut ilmu di sekolah reguler. Dalam hal ini, Suwarjana berkomitmen untuk tetap memberikan pelayanan kepada semua siswa tanpa membedakan kondisinya di tengah keterbatasan guru pendamping khusus (GPK).

Advertisement

“Siswa istimewa ini tidak bisa kami tolak, jadi harus tetap kami terima dan ajari. Padahal GPK tidak ada, karena kebanyakan GPK latar belakangnya malah bukan S1 Pendidikan, tetapi Psikologi. Jadi kami tetap melayani anak berkebutuhan khusus tanpa adanya GPK, dan alhamdulilah teman-teman guru di Kota Malang ini kerjanya luar biasa,” kata Suwarjana.

Lebih lanjut, Kepala SMPN 2 Kota Malang, Riatiningsih, menuturkan bahwa inovasi Simba Asia mulai diterapkan sejak tahun 2023 lalu. Itu berawal, dari 17 anak istimewa yang teridentifikasi dari asesmen yang dilakukan, sehingga membutuhkan pendampingan khusus.

“Siswa istimewa tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda-beda karena terdiagnoasa tunagrahita, slow learner, gangguan belajar spesifik, intellectual disability, dan underachiever. Akibatnya, siswa ini mengalami hambatan akademis dan mental sehingga belum bisa mandiri dan belum memiliki keterampilan hidup,” jelas Ria-sapannya.

Baca juga :

Advertisement

Kemudian, ditambahkannya bahwa inovasi Simba Asia hadir untuk memfasilitasi dan mengoptimalkan potensi siswa istimewa melalui pembelajaran berdiferensiasi dan bermakna untuk menjadi pribadi mandiri. Dalam inovasi tersebut, ada dua pendekatan yang digunakan, yakni pembekalan kemandirian dan adanya Sahabat Siswa.

“Dalam pembekalan kemandirian, siswa diberi pelatihan melakukan kegiatan yang bagi orang normal merupakan sebuah hal sederhana namun sulit dilakukan bagi mereka yang berkebutuhan khusus seperti memasang kancing, menjahit sederhana, menggoreng telur, bahkan menyeterika. Jadi kita latih hal-hal sederhana agar mereka bisa lebih mandiri, ya kegiatan yang sehari-hari kita lakukan,” tuturnya.

Melalui Simba Asia tersebut, SMPN 2 Kota Malang juga melibatkan peserta didik lain untuk berempati kepada rekannya yang berkebutuhan khusus dengan menjadi Sahabat Siswa. Mereka direkrut tanpa diberi tahu siapa teman-teman spesialnya.

“Sahabat Siswa ini memberikan pendampingan sebaya untuk membantu fasilitasi kemampuan adaptasi dan sosial. Mereka mendampingi teman-temannya yang biasanya menyendiri, malu, atau sering di-bully. Karena anak-anak spesial itu biasanya sifatnya seperti itu,” terang Ria.

Secara garis besar, dikatakannya jika tidak ada perbedaan materi pembelajaran yang diberikan pada siswa inklusi dan reguler. Namun demikian, tenaga pendidik siap memberikan diferensiasi pembelajaran. Dalam Simba Asia diterapkan prinsip Penyesuaian, Penyederhanaan, Penghilangan dan Penggantian (4P).

Advertisement

“Tujuan pembelajaran yang diberikan sama, namun cara penyampaiannya berbeda, juga penilaiannya kita bedakan, dan tentunya kami beri pendampingan lebih,” lanjutnya.

Diakhir, Ria juga mengatakan bahwa sebelumnya pihak sekolah mengalami kendala, terutama untuk memberi pemahaman kepada para orang tua siswa. Sebab, sebagian dari orang tua itu ada yang tidak menerima anaknya termasuk istimewa.

“Akhirnya kami dari pihak sekolah terus memberi pengertian, sehingga kini dukungan terus mengalir dari orang tua untuk pelaksanaan program tersebut. Alhasil, pascapenerapan Simba Asia di SMPN 2, 82 persen siswa istimewa mampu mencapai rata-rata nilai akademik lebih dari 80, padahal sebelumya hanya 20 persen siswa yang mencapai kriteria tersebut. Selain itu, sebelumnya hanya 15 persen guru yang mampu menerapkan pembelajaran diferensiasi, kini naik drastis menjadi 73 persen,” imbuh Ria. (rsy/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Terpopuler

Lewat ke baris perkakas